Welcome visitors to my blog 'Dakwah Bil Qolam'Warnai Duniamu Untuk Akhiratmu' By Danang Muslim

Sabtu, 03 Oktober 2015

Yuk, Menjaga Kesehatan Jasmani dan Rohani


        
    Dalam kehidupan sehari-hari, tentunya kita membutuhkan jiwa dan raga yang sehat untuk melaksanakan aktivitas  yang akan kita selesaikan. Jiwa yang sehat belum mampu melakukan aktivitas ibadah sehari-hari secara optimal, apabila raga sedang sakit dan begitupun sebaliknya. Pertanyaannya ialah apakah kita bisa menjamin kesehatan jiwa dan raga  agar tetap terjaga utuh?. Realitanya di masyarakat kita, masih banyak yang mengalami masalah kesehatan tersebut. Hal itu terjadi karena salahnya gaya hidup individual masing-masing.

Mari menjaga kebersihan
      Begitu indahnya bila kita melihat anjuran dalam Islam. Islam sebagai agama yang sempurna tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan Penciptanya-nya, namun Islam memiliki aturan dan tuntunan yang bersifat komprehensif, harmonis, jelas dan logis antar sesama makhluk. Bersih adalah kondisi sesuatu yang bebas dari hal yang kotor. Dan untuk menjaga kondisi bersih tersebut harus dijaga dan dirawat dari hal-hal yang kotor, yang dapat dihinggapi oleh kuman serta menjadi sarang penyakit.
          Dalam membangun konsep kebersihan, Islam menetapkan berbagai macam peristilahan tentang kebersihan. Yaitu istilah thaharah, nazhafah, tazkiyah, dan fitrah. Thaharah biasa digunakan untuk menyebut kebersihan badani sebagai syarat untuk melaksanakan ibadah. Nazhafa biasanya gunakan untuk menyebut lingkungan sekitar yang bersih. Tazkiyah digunakan untuk menyebut kebersihan sesuatu yang tidak tampak. Sedangkan fitrah biasa digunakan untuk menyebut kebersihan holistik umat manusia berkenaan dengan keyakinan dan jiwa. Semua hal tersebut mengandung makna bersih zahir dan batin.
        Dalam ajaran Islam, bersih zahir tidak cukup tetapi dalamnya pun harus suci. Karenanya sesuatu yang tampak luarnya bersih masih harus juga disucikan batinnya. Contoh, orang yang hendak melaksanakan shalat tidak cukup hanya bersih, tetapi juga harus suci. Suci zahir saja tidak cukup tetapi juga harus suci dari najis yang sifatnya batin, yaitu suci dari hadats kecil dan hadats besar. Bahkan seorang hamba yang hendak menyempurnakan beribadah kepada Allah harus bersih dari perbuatan dosa, maka ia harus bertaubat, beristighfar dan berbuat baik. Karenanya, makna bersih amat holistik yang menyangkut berbagai persoalan kehidupan, baik dunia dan akhirat
     Kebersihan dalam pandangan Islam sangat erat hubungannya dengan kesehatan. Karenanya tujuan Islam mengajarkan hidup yang bersih dan sehat adalah menciptakan individu dan masyarakat yang sehat jasmani, rohani, dan sosial sehingga mampu menjadi umat pilihan dan khalifah Allah untuk memakmurkan bumi. “Kesehatan merupakan salah satu hak bagi tubuh manusia”. Karena kesehatan merupakan hak asasi manusia, sesuatu yang sesuai dengan fitrah manusia, maka Islam menegaskan perlunya kesehatan untuk menjalankan agama secara sempurna.

Islam Mengajarkan Kebersihan
       Allah SWT memerintah hambanya untuk melaksanakan ibadah dengan ketentuan bersuci. Ini menunjukkan bahwa keduanya tak dapat dipisahkan dalam melaksanakan perintah Allah SWT. Antara ibadah dan suci terdapat hubungan yang erat dan timbal balik, di mana kesucian dianggap sebagai ibadah, dan ibadah itu sendiri dianggap tidak sah atau sempurna tanpa melalui kebersihan suci.
        Al-Quran menjadikan kebersihan sebagai sarana untuk menentukan kualitas ibadah. Karenanya, kebersihan selalu dijadikan sebagai syarat dari suatu ibadah baik kesucian lahiriyah maupun batiniyah. Kesucian lahiriyah berorientasi kepada sah dan tidak sahnya suatu ibadah, sedangkan kebersihan bathiniyah lebih terfokus kepada kesempurnaan suatu ibadah yaitu diterima atau tidak diterima. Kaitan yang erat ini seharusnya dapat dijadikan budaya dalam kehidupan karena pelaksanaan ibadah rutin dilaksanakan setiap hari.
        Suatu contoh keterkaitan antara pelaksanaan ibadah dengan kesucian adalah rukun Islam berupa shalat, zakat, puasa dan haji. Hal yang paling menarik dari ibadah-ibadah ini ialah adanya penentuan syarat-syarat suci sebelum pelaksanaan ibadah dan tujuan suci yang hendak diraih. Syarat-syarat ini pada umumnya mengarah kepada sifat bersih baik lahir maupun batin.
       Makna kebersihan yang digunakan dalam Islam ternyata mengandung makna yang banyak aspek, seperti aspek kebendaan, aspek harta dan aspek jiwa. Thaharah (suci) bermakna bersih dari kotoran yang najis. Maka tidak heran jika kitab-kitab fikih Islam menempatkan bab thaharan diawal, sebelum membahas shalat. Dalam kitab suci Al-qur’an banyak ayat yang menganjurkan unntuk bersuci. Allah berfirman: “Dan pakaianmu bersikanlah” (QS.Al Muddatsir ayat: 4). “Sesungguhnya Allah mencintai orang –orang yang bertaubat dan orang – orang yang mermbersikan diri”. ( QS. Al baqarah:222 ).
        Ada dua makna dalam mengartikan suci, yaitu suci dari hadats dan suci dari najis. Hadats dan najis merupakan sesuatu yang menghalangi seseorang untuk melaksanakan ibadah tertentu seperti shalat. Hadats berbeda dengan najis karena hadats berarti keadaan dan bukan suatu benda atau zat tertentu, sedangkan najis berarti benda atau zat tertentu dan bukan suatu keadaan.
         Tazkiyah atau zakat berkonotasi kesucian harta dan jiwa. Al-Quran mengungkapkan bahwa kata zakat seakar dengan tazkiyah. Ialah zakat mal untuk membersihkan harta bagi para muzakki sehingga harta yang dizakati adalah bersih dan yang tidak dizakati dinilai kotor, sedangkan zakat fitrah adalah untuk membersihkan fitrah para muzakki dari segala kotoran yang membelenggu.
        Contoh keterkaitan bersih dari suci dengan ibadah adalah ibadah. Shalat adalah ibadah yang wajib dilaksanakan setiap hari pada waktu-waktu yang telah ditentukan. Dalam ibadah shalat diperintah untuk bersuci sebelum melakukanakannya. Para ulama memberikan rincian tentang bersih dari suci ini, mulai dari bersih diri, pakaian dan tempat pelaksanaan shalat. Perintah agar bersih dari suci sebelum melakukan shalat terdapat dalam Q.S. Al-Maidah ayat 6 yang populer disebut dengan wudhu’. Adapun anggota-anggota tubuh yang wajib untuk dibersihkan ialah membasuh muka, membasuh kedua tangan hingga siku, mengusap kepala, sunnah mengusap kedua daun telingan, wajib membasuh kedua kaki hingga mata kaki.
        Kedudukan fiqh Islam dalam ibadah adalah mengatur tata cara pengabdian manusia kepada Allah SWT, Zat Yang Maha Suci dan Maha Bersih, dan karenanya pengabdian ini tidak akan membuahkan hasil yang baik jika manusia tidak mensucikan dan membersihkan dirinya terlebih dahulu. Artinya, sifat-sifat Allah yang bersih dan suci hanya dapat diinternalisasi oleh orang-orang yang bersih dan suci. Bila kebersihan dikaitkan dengan ibadah sebagaimana disebutkan Al-Quran dalam kasus ibadah shalat, berarti menjaga kebersihan termasuk sesuatu yang diwajibkan, sama halnya dengan kewajiban shalat itu sendiri. Ini juga termasuk salah satu alasan para ulama ketika mengeluarkan kaidah fiqh: “mala yatimmu al-wajib illa bihi fahuwa wajib”. Artinya ‘apabila suatu kewajiban tidak sempurna tanpa melibatkan sarana yang lain, maka sarana yang lain itu juga hukumnya adalah wajib’.

Urgensi Kebersihan dan Kesehatan
       Islam tidak membiarkan manusia di alam ini terbelenggu dalam persoalan yang tidak dapat dipecahkan. Hal ini sebagaimana firman Allah SWT berikut ini:
“Allah sekali-kali tidak akan membiarkan orang-orang yang beriman dalam keadaan kamu sekarang ini, sehingga Dia menyisihkan yang buruk dari yang baik”. (QS. Ali Imran: 179)
        Landasan nilai tauhid mengajarkan agar setiap muslim bergaya hidup bersih dan sehat. Ini merupakan cara efektif untuk menghindari sakit. Kebersihan misalnya, sangat ditekankan oleh Islam dan dinilai sebagai cerminan dari Iman seseorang. Kewajiban membersihkan dari najis, hadats kecil, janabah, sunnah untuk bersiwak membuktikan bahwa Islam sangat perduli terhadap kebersihan fisik dan jiwa. Dengan berwudhu, seorang muslim akan secara langsung membersihkan tangan (yang biasanya menjadi pangkal masuknya penyakit ke dalam mulut) dan muka. Kemudian, mencuci kemaluan dengan air setelah buang air kecil atau buang air besar. Adapun, ibadah puasa memberikan pengaruh sangat baik terhadap kesehatan perut. Dengan puasa, sistem pencernaan yang bekerja, laksana mesin mendapatkan kesempatan untuk diistirahatkan.
       Dari hidup bersih menuju hidup sehat. Islam mengantisipasi sesuatu yang mengganggu kesehatan, yaitu penyakit. Penyakit dalam pandangan Islam merupakan sesuatu yang harus diberantas. Sebab, orang yang terjangkit penyakit pastilah mengganggu pelaksanaan ibadah secara sempurna dan menghambat produktifitas manusia. Islam mengajarkan pengobatan, tetapi Islam lebih menekan pada pencegahan terkena penyakit.
           Oleh karena itu, perlu umat Islam mempunyai perspektif bahwa membangun kesadaran hidup bersih, sehat dan mengobati penyakit adalah bagian dari dakwah Islam. Karena itu, salah satu tujuan dari ajaran Islam ialah menghilangkan kemadharatan atau bahaya (daf’u al-dharar) yang menimpa manusia baik bahaya yang mengancam fisik maupun psikis. Tujuannya adalah agar manusia dapat menjalankan tugasnya sebagai makhluk Allah SWT yang mengabdi kepada-Nya- di muka bumi ini dengan baik. Jika kondisi fisik atau psikis seseorang tidak sehat tentu ia tidak akan dapat menunaikan tugas tersebut dengan baik. Karena itu, Islam sangat memperhatikan masalah kesehatan dan menganjurkan agar manusia menjaga kesehatan.
            Di samping itu, untuk mencapai tubuh yang sehat, dalam pandangan Islam tidak cukup hanya mengandalkan faktor internal tubuh manusia saja, tetapi juga faktor lingkungan. Sebaik apapun makanan yang dikonsumsi manusia, jika lingkungannya tidak sehat atau tidak bersih, maka ancaman penyakit masih tetap besar. Karena penyakit bisa datang melalui makanan yang dikonsumsi, udara, hewan dan lingkungan yang kotor.
Yuk hidup bersih dan sehat
        Dua konsep Islam tentang kebersihan dan kesehatan sangat tepat untuk membangun sumber daya manusia yang berkualitas. Karena untuk menjadi manusia yang produktif dan kreatif prasyaratnya harus bergaya hidup bersih dan sehat.
Wallahu a'lam Bisshowab