Dalam kehidupan
sehari-hari, tentunya kita membutuhkan jiwa dan raga yang sehat untuk
melaksanakan aktivitas yang akan kita
selesaikan. Jiwa yang sehat belum mampu melakukan aktivitas ibadah sehari-hari
secara optimal, apabila raga sedang sakit dan begitupun sebaliknya.
Pertanyaannya ialah apakah kita bisa menjamin kesehatan jiwa dan raga agar tetap terjaga utuh?. Realitanya di masyarakat kita, masih banyak
yang mengalami masalah kesehatan tersebut. Hal itu terjadi karena salahnya gaya
hidup individual masing-masing.
Mari menjaga kebersihan
Begitu indahnya
bila kita melihat anjuran dalam Islam. Islam sebagai agama yang sempurna tidak
hanya mengatur hubungan manusia dengan Penciptanya-nya, namun Islam memiliki
aturan dan tuntunan yang bersifat komprehensif, harmonis, jelas dan logis antar
sesama makhluk. Bersih adalah kondisi sesuatu yang bebas dari hal yang kotor. Dan
untuk menjaga kondisi bersih tersebut harus dijaga dan dirawat dari hal-hal
yang kotor, yang dapat dihinggapi oleh kuman serta menjadi sarang penyakit.
Dalam membangun
konsep kebersihan, Islam menetapkan berbagai macam peristilahan tentang
kebersihan. Yaitu istilah thaharah, nazhafah, tazkiyah, dan fitrah. Thaharah
biasa digunakan untuk menyebut kebersihan badani sebagai syarat untuk
melaksanakan ibadah. Nazhafa biasanya gunakan untuk menyebut lingkungan sekitar
yang bersih. Tazkiyah digunakan untuk menyebut kebersihan sesuatu yang tidak
tampak. Sedangkan fitrah biasa digunakan untuk menyebut kebersihan holistik
umat manusia berkenaan dengan keyakinan dan jiwa. Semua hal tersebut mengandung
makna bersih zahir dan batin.
Dalam ajaran
Islam, bersih zahir tidak cukup tetapi dalamnya pun harus suci. Karenanya
sesuatu yang tampak luarnya bersih masih harus juga disucikan batinnya. Contoh,
orang yang hendak melaksanakan shalat tidak cukup hanya bersih, tetapi juga
harus suci. Suci zahir saja tidak cukup tetapi juga harus suci dari najis yang
sifatnya batin, yaitu suci dari hadats kecil dan hadats besar. Bahkan seorang
hamba yang hendak menyempurnakan beribadah kepada Allah harus bersih dari
perbuatan dosa, maka ia harus bertaubat, beristighfar dan berbuat baik.
Karenanya, makna bersih amat holistik yang menyangkut berbagai persoalan
kehidupan, baik dunia dan akhirat
Kebersihan dalam
pandangan Islam sangat erat hubungannya dengan kesehatan. Karenanya tujuan
Islam mengajarkan hidup yang bersih dan sehat adalah menciptakan individu dan
masyarakat yang sehat jasmani, rohani, dan sosial sehingga mampu menjadi umat
pilihan dan khalifah Allah untuk memakmurkan bumi. “Kesehatan merupakan salah satu
hak bagi tubuh manusia”. Karena kesehatan merupakan hak asasi manusia, sesuatu
yang sesuai dengan fitrah manusia, maka Islam menegaskan perlunya kesehatan
untuk menjalankan agama secara sempurna.
Islam Mengajarkan Kebersihan
Allah SWT
memerintah hambanya untuk melaksanakan ibadah dengan ketentuan bersuci. Ini
menunjukkan bahwa keduanya tak dapat dipisahkan dalam melaksanakan perintah
Allah SWT. Antara ibadah dan suci terdapat hubungan yang erat dan timbal balik,
di mana kesucian dianggap sebagai ibadah, dan ibadah itu sendiri dianggap tidak
sah atau sempurna tanpa melalui kebersihan suci.
Al-Quran
menjadikan kebersihan sebagai sarana untuk menentukan kualitas ibadah.
Karenanya, kebersihan selalu dijadikan sebagai syarat dari suatu ibadah baik
kesucian lahiriyah maupun batiniyah. Kesucian lahiriyah berorientasi kepada sah
dan tidak sahnya suatu ibadah, sedangkan kebersihan bathiniyah lebih terfokus
kepada kesempurnaan suatu ibadah yaitu diterima atau tidak diterima. Kaitan
yang erat ini seharusnya dapat dijadikan budaya dalam kehidupan karena
pelaksanaan ibadah rutin dilaksanakan setiap hari.
Suatu contoh
keterkaitan antara pelaksanaan ibadah dengan kesucian adalah rukun Islam berupa
shalat, zakat, puasa dan haji. Hal yang paling menarik dari ibadah-ibadah ini
ialah adanya penentuan syarat-syarat suci sebelum pelaksanaan ibadah dan tujuan
suci yang hendak diraih. Syarat-syarat ini pada umumnya mengarah kepada sifat
bersih baik lahir maupun batin.
Makna kebersihan
yang digunakan dalam Islam ternyata mengandung makna yang banyak aspek, seperti
aspek kebendaan, aspek harta dan aspek jiwa. Thaharah (suci) bermakna bersih
dari kotoran yang najis. Maka tidak heran jika kitab-kitab fikih Islam
menempatkan bab thaharan diawal, sebelum membahas shalat. Dalam kitab suci
Al-qur’an banyak ayat yang menganjurkan unntuk bersuci. Allah berfirman: “Dan
pakaianmu bersikanlah” (QS.Al Muddatsir ayat: 4). “Sesungguhnya Allah mencintai
orang –orang yang bertaubat dan orang – orang yang mermbersikan diri”. ( QS. Al
baqarah:222 ).
Ada dua makna
dalam mengartikan suci, yaitu suci dari hadats dan suci dari najis. Hadats dan
najis merupakan sesuatu yang menghalangi seseorang untuk melaksanakan ibadah
tertentu seperti shalat. Hadats berbeda dengan najis karena hadats berarti
keadaan dan bukan suatu benda atau zat tertentu, sedangkan najis berarti benda
atau zat tertentu dan bukan suatu keadaan.
Tazkiyah atau
zakat berkonotasi kesucian harta dan jiwa. Al-Quran mengungkapkan bahwa kata
zakat seakar dengan tazkiyah. Ialah zakat mal untuk membersihkan harta bagi
para muzakki sehingga harta yang dizakati adalah bersih dan yang tidak dizakati
dinilai kotor, sedangkan zakat fitrah adalah untuk membersihkan fitrah para
muzakki dari segala kotoran yang membelenggu.
Contoh keterkaitan
bersih dari suci dengan ibadah adalah ibadah. Shalat adalah ibadah yang wajib
dilaksanakan setiap hari pada waktu-waktu yang telah ditentukan. Dalam ibadah
shalat diperintah untuk bersuci sebelum melakukanakannya. Para ulama memberikan
rincian tentang bersih dari suci ini, mulai dari bersih diri, pakaian dan
tempat pelaksanaan shalat. Perintah agar bersih dari suci sebelum melakukan
shalat terdapat dalam Q.S. Al-Maidah ayat 6 yang populer disebut dengan wudhu’.
Adapun anggota-anggota tubuh yang wajib untuk dibersihkan ialah membasuh muka,
membasuh kedua tangan hingga siku, mengusap kepala, sunnah mengusap kedua daun
telingan, wajib membasuh kedua kaki hingga mata kaki.
Kedudukan fiqh
Islam dalam ibadah adalah mengatur tata cara pengabdian manusia kepada Allah
SWT, Zat Yang Maha Suci dan Maha Bersih, dan karenanya pengabdian ini tidak
akan membuahkan hasil yang baik jika manusia tidak mensucikan dan membersihkan
dirinya terlebih dahulu. Artinya, sifat-sifat Allah yang bersih dan suci hanya dapat
diinternalisasi oleh orang-orang yang bersih dan suci. Bila kebersihan
dikaitkan dengan ibadah sebagaimana disebutkan Al-Quran dalam kasus ibadah
shalat, berarti menjaga kebersihan termasuk sesuatu yang diwajibkan, sama
halnya dengan kewajiban shalat itu sendiri. Ini juga termasuk salah satu alasan
para ulama ketika mengeluarkan kaidah fiqh: “mala yatimmu al-wajib illa bihi
fahuwa wajib”. Artinya ‘apabila suatu kewajiban tidak sempurna tanpa melibatkan
sarana yang lain, maka sarana yang lain itu juga hukumnya adalah wajib’.
Urgensi Kebersihan dan Kesehatan
Islam tidak
membiarkan manusia di alam ini terbelenggu dalam persoalan yang tidak dapat
dipecahkan. Hal ini sebagaimana firman Allah SWT berikut ini:
“Allah sekali-kali tidak akan membiarkan orang-orang yang beriman
dalam keadaan kamu sekarang ini, sehingga Dia menyisihkan yang buruk dari yang
baik”. (QS. Ali Imran: 179)
Landasan nilai
tauhid mengajarkan agar setiap muslim bergaya hidup bersih dan sehat. Ini
merupakan cara efektif untuk menghindari sakit. Kebersihan misalnya, sangat
ditekankan oleh Islam dan dinilai sebagai cerminan dari Iman seseorang.
Kewajiban membersihkan dari najis, hadats kecil, janabah, sunnah untuk bersiwak
membuktikan bahwa Islam sangat perduli terhadap kebersihan fisik dan jiwa.
Dengan berwudhu, seorang muslim akan secara langsung membersihkan tangan (yang
biasanya menjadi pangkal masuknya penyakit ke dalam mulut) dan muka. Kemudian,
mencuci kemaluan dengan air setelah buang air kecil atau buang air besar.
Adapun, ibadah puasa memberikan pengaruh sangat baik terhadap kesehatan perut.
Dengan puasa, sistem pencernaan yang bekerja, laksana mesin mendapatkan
kesempatan untuk diistirahatkan.
Dari hidup bersih
menuju hidup sehat. Islam mengantisipasi sesuatu yang mengganggu kesehatan,
yaitu penyakit. Penyakit dalam pandangan Islam merupakan sesuatu yang harus
diberantas. Sebab, orang yang terjangkit penyakit pastilah mengganggu
pelaksanaan ibadah secara sempurna dan menghambat produktifitas manusia. Islam
mengajarkan pengobatan, tetapi Islam lebih menekan pada pencegahan terkena
penyakit.
Oleh karena itu,
perlu umat Islam mempunyai perspektif bahwa membangun kesadaran hidup bersih,
sehat dan mengobati penyakit adalah bagian dari dakwah Islam. Karena itu, salah
satu tujuan dari ajaran Islam ialah menghilangkan kemadharatan atau bahaya (daf’u
al-dharar) yang menimpa manusia baik bahaya yang mengancam fisik maupun psikis.
Tujuannya adalah agar manusia dapat menjalankan tugasnya sebagai makhluk Allah
SWT yang mengabdi kepada-Nya- di muka bumi ini dengan baik. Jika kondisi fisik
atau psikis seseorang tidak sehat tentu ia tidak akan dapat menunaikan tugas
tersebut dengan baik. Karena itu, Islam sangat memperhatikan masalah kesehatan
dan menganjurkan agar manusia menjaga kesehatan.
Di samping itu,
untuk mencapai tubuh yang sehat, dalam pandangan Islam tidak cukup hanya
mengandalkan faktor internal tubuh manusia saja, tetapi juga faktor lingkungan.
Sebaik apapun makanan yang dikonsumsi manusia, jika lingkungannya tidak sehat
atau tidak bersih, maka ancaman penyakit masih tetap besar. Karena penyakit
bisa datang melalui makanan yang dikonsumsi, udara, hewan dan lingkungan yang
kotor.
Yuk hidup bersih dan sehat
Dua konsep Islam tentang kebersihan dan kesehatan sangat tepat
untuk membangun sumber daya manusia yang berkualitas. Karena untuk menjadi
manusia yang produktif dan kreatif prasyaratnya harus bergaya hidup bersih dan
sehat.
Wallahu a'lam Bisshowab
Wallahu a'lam Bisshowab