Welcome visitors to my blog 'Dakwah Bil Qolam'Warnai Duniamu Untuk Akhiratmu' By Danang Muslim

Selasa, 06 Oktober 2015

Jilbab adalah Identitas Muslimah Sejati




          
     Berbicara mengenai jilbab atau hijab sangat erat kaitannya dengan seorang muslimah. Jilbab dalam bahasa Arab yang jamaknya jalaabiib artinya pakaian yang lapang dan luas, kini dapat kita jumpai barang yang satu ini di Mall, toko baju, pasar dan sebagainya. Begitu pula dengan pengguna jilbab, kita sering menjumpai di jalan-jalan, pasar, mall, instasi dan sebagainya. Tetapi yang menjadi pertanyaannya adalah kita sebagai seorang muslimah, masuk dalam kategori muslimah berjilbab yang mana?. Apakah kita termasuk seorang muslimah yang menggunakan jilbab sudah tahu maksud dan tujuan dari  berhijab tersebut secara benar menurut syar’i?.  Atau apakah kita memakai jilbab hanya sebatas kebutuhan atau keperluan?.
Yuk, belajar!
     Mengenakan jilbab tersebut dalam Islam jumhur ulama bersepakat, hukumnya wajib, sebagaimana yang didasarkan pada beberapa firman-Nya “Hai Nabi! Katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan para wanita yang beriman supaya mereka menutup tubuhnya dengan jilbab. Yang demikian itu supaya mereka lebih dikenal dan mereka pun tidak diganggu. Dan Allah itu Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS Al-Azhab: 59). “Maka julurkanlah kerudung mereka hingga ke dadanya.” (QS. An-Nuur: 31). Pada sebuah hadist, Rasul juga bersabda: “Hai Asma! Sesungguhnya perempuan itu, apabila ia telah dewasa, maka tidak patut menampakkan sesuatu darinya kecuali ini dan ini.” Rasulullah SAW berkata sambil menunjuk muka dan telapak tangannya sendiri. (HR Abu Dawud).
   Fungsi jilbab itu sendiri, seperti yang tertera pada Surat Al-Azhab: 59, adalah sebagai identitas seorang muslimah, sekaligus fungsi penjagaan diri, agar tidak diganggu. Hal ini tentu saja menunjukkan bukti yang tidak main-main.
  Menurut Anton Tabah (1994), dalam delapan tahun terakhir, tercatat telah terjadi 13.175 kasus perkosaan. Ini berarti, rata-rata setiap tahunnya 1.650 kasus dan rata-rata per hari 5 orang.  Dengan kata lain, setiap lima jam ada seorang wanita yang diperkosa oleh laki-laki. Sebagai bahan perbandingan, di Amerika Serikat, terutama hingga 1991, berlangsung 12-19 kali perkosaan terhadap wanita setiap jamnya.  Kenaikan angka perkosaan pada tahun 2002 sendiri mencapai angka 25,3%, jauh melebihi angka toleransi kenaikan kejahatan yang hanya 10%.
 Hal tersebut, disebabkan antara lain karena banyaknya wanita yang mengumbar aurat, memperlihatkan lekuk-lekuk tubuhnya, bahkan berpose tak senonoh. Pornografi dan pornoaksi merebak dimana-mana, sehingga timbullah perkosaan. Mengenakan jilbab secara syar’i... insya Allah akan membuat kita selamat dari tindak kejahatan mereka.

Beberapa Motivasi Mengenakan Jilbab
    Alhamdulillah, kondisi telah sangat berubah. Jika jilbab dahulu disebut-sebut sebagai pakaian para hantu, saat ini terjadi kontradiksi yang menggembirakan. Berduyun-duyun para muslimah, dari pedagang kecil di pasar tradisional, hingga para sosialita yang berasal dari kalangan jetset, termasuk para artis terkenal, mulai melirik jilbab.
    Bulan Ramadhan selalu menjadi puncak semarak jilbab, karena banyak para jilbaber dadakan. Baik sekadar mengikuti situasi, atau memang benar-benar ingin terus berjilbab dan menjadikan Ramadhan sebagai momentum perubahana.
   Akan tetapi, motivasi untuk mengenakan jilbab ternyata bermacam-macam. Majalah Ummi pernah membuat beberapa penggolongan jilbab berdasarkan motivasi mengenakannya, antara lain sebagai berikut:
1. Jilbab Akademis. Jilbab ini dikenakan karena kewajiban dari institusi pendidikan dimana mereka bersekolah. Sayangnya, setelah mereka pulang sekolah, biasanya jilbab itu dilepas, bahkan kemudian diganti dengan pakaian yang tak kalah ngejreng dengan para artis.
2. Jilbab Medis. Dikenakan karena adanya keharusan medis, misalnya pada orang yang terkena kanker otak yang menyebabkan rambutnya rontok dan menjadi botak.
3. Jilbab Modis atau Jilbab Artis. Orang yang mengenakan jilbab tipe ini lebih menganggap jilbab sebagai salah satu jenis gaya berpakaian. Maka ia akan enjoy saja menghiasi dirinya dengan pernak-pernik gemerlapan, dengan bentuk-bentuk aneh dan penuh gebyar. Biasanya jilbab ini diperkenalkan oleh para artis.
4. Jilbab Pragmatis. Jilbab ini dikenakan untuk memudahkan seseorang dalam berinteraksi, atau agar seseorang bisa menyesuaikan momen. Misalnya, saat menghadiri pengajian, maka seseorang akan berjilbab, tetapi ketika pergi ke pesta, dia akan menggantinya dengan pakaian pesta. Pada bulan Ramadhan ini, kita melihat para salles di mall-mall juga berjilbab.
5. Jilbab Ideologis. Jilbab ini dikenakan karena kesadaran yang tinggi, bahwa mengenakan jilbab memang kewajiban yang harus dilakukan dengan sepenuh keikhlasan. Bahwa berjilbab adalah salah satu bentuk ketakwaannya kepada Allah SWT. Orang seperti ini biasanya begitu menghargai jilbab yang dikenakannya, dan ia akan mengenakannya sesuai dengan aturan syariat, serta tak akan melepaskannya meskipun orang memaksanya.
    Syarat-syarat jilbab itu sendiri menurut Syaikh Yusuf Qardhawi adalah sebagai berikut:
1. Menutup seluruh tubuh kecuali apa yang dikecualikan, yaitu wajah dan telapak tangan.
2. Bukan untuk perhiasan kecantikan, tidak berbentuk aneh yang menarik perhatian, dan tidak berparfum wangi yang menyolok.
3. Tidak tipis sehingga membentuk tubuh.
4. Longgar, tidak menampakkan betis, rambut (walau sedikit), dada, leher.
5. Tidak menyerupai pakaian lelaki dan tidak menyerupai pakaian orang-orang kafir.

Jilbab, Bukan Halangan Berprestasi
    Di dalam Islam, seorang muslimah diberikan keleluasaan, bahkan anjuran untuk menuntut ilmu setinggi-tingginya, dan berprestasi sebesar-besarnya. Karena, prestasi adalah sebuah perwujudan dari ihasanul amal (amal yang baik). Dan Allah tidak akan menerima suatu amalan, kecuali amalan yang baik. Amalan yang baik itu adalah sebuah realisasi dari ketakwaan, sedangkan Inna akromakum ‘indallaahi atqooqum, sesungguhnya yang terbaik di antara kamu adalah yang paling bertakwa di antara kamu.
    Seringkali, orang menjadikan jilbab sebagai sebuah sasaran tembak, jika karena memakainya, maka ia merasa mendapatkan halangan untuk berprestasi. Padahal, jilbab sama sekali bukanlah penghalang untuk meraih cita-cita. Saya pernah bertemu dengan seorang doktor yang bekerja di IPTN (sekarang PT Dirgantara Indonesia), dan dia seorang muslimah berjilbab rapi. Gedung parlemen yang megah itu pun, sudah mulai dimasuki para anggota dewan yang berjilbab rapi. Bahkan, menteri pemberdayaan perempuan di era Gus Dur, yakni Ibunda Khofifah pun, berjilbab
Di Turki, gelombang para jilbaber pun telah memasuki area-area yang sebelumnya sepertinya tertutup untuk jilbaber. Di Iran, ada seorang muslimah berhasil mendapatkan medali emas dari kejuaraan atletik tingkat dunia. Bahkan di negara-negara sekuler, seperti Inggris, Jerman, Amerika Serikat, bahkan Perancis sekalipun, para muslimah berjilbab nan cerdas dan berkarisma, sudah mulai mendapatkan tempat di masyarakat.
Jadi, tunggu apa lagi? Berjilbablah! Mulai sekarang juga! Jika mampu, secara syar'i. Jika belum kapan lagi?.
Wallahu a’lam bish-showab.